Written by tabloidgallery
Saturday, 05 April 2008 06:14
Addthis
Keindahan bonsai memang dilihat dari harmonisasi antara akar batang cabang, daun hingga keluarnya bunga pada jenis tertentu. Dari unsur yang akan membantuk satu keindahan yang harus diperhatikan dan menjadi satu syarat penting adalah arah gerakan dari bonsai. Sebab arah gerakan akan menentukan tema apa yang harus kita ambil untuk pertumbuhan selanjutnya.
Kualitas bonsai secara keseluruhan memang dilihat dari empat unsur yaitu gerak dasar, keserasian, kematangan dan terakhir adalah penjiwaan. Dari keempat unsur ini gerak dasar akan menempati posisi pertama sebagai dasar dari pembentukan bonsai. Sebab garak dasar bisa diibaratkan sebagai karater asli dari satu tanaman.
Meski gerak dasar merupakan kombinasi antara akar batang cabang, dan daun tapi juga ikut menilai dari model dan gaya bonsai yang terbentuk. Disitu akan banyak sekali kreasi yang muncul apalagi bila didukung dengan bakalan yang berkualitas tinggi. Sebab bagaimana pun arah gerakan bonsai akan mengikuti dari bakalan. Langkah ini diambil untuk menghindari adanya gerakan yang saling bertolak belakang dimana akhirnya akan mengurangi komposisi keindahan bonsai.
Ditingkat seniman bonsai memang tidak ada pakem pasti tentang gaya bonsai termasuk arah gerakan yang di inginkan. Sebab sebagai produk seni tentu akan menyesuaikan dengan aspirasi sang empu yang tentu berbeda satu dengan lainnya. Pengaruh terbesar selain dari psikologis masing masing penghobi juga dari jenis tanaman yang dimiliki.
Namun secara umum ada beberapa model dan gaya bonsai yang menjadi dasar pergerakan. Meski sebagai dasar namun kreasi selanjutnya tentu tidak akan sama satu dengan lainnya. Sebab dari setiap bakalan membawa satu kreasi tersendiri. “Saat mencari bakalan, disana pebonsai harus sudah menentukan konsep apa dan gerakan mana yang akan dipilih,� aku Bambang Hermawan pebonsai asal Sidoarjo ini.
Memang diakui bahwa bakalan yang didapat seluruhnya berasal dari alam sehingga pebonsai sangat sulit untuk mencari bentuk yang di inginkan. Dari sulitnya mendapatkan bakalan yang sesuai dengan keinginan maka dituntut satu kepekaan untuk menentukan arah gerakan dari bakalan yang dimiliki.
Resiko Gaya Mengantung
Sebagai contoh untuk gaya turun/menggantung (cascade) sangat sulit di cari di alam sebab secara alami tanaman akan mengejar matahari dengan tumbuh keatas bukan menggantung. Darisitu untuk model gerakan menggantung harus mendapatkan bakalan yang sesuai dan itu biasanya berada di daerah tebing.
Kesultiannya adalah saat menginginkan gaya cascade namun tidak ada bakalan yang di miliki. Tentu solusinya adalah dengan melakukan kreasi dari bentuk asli menjadi bonsai yang bergaya menggantung. “Beberapa jenis bakalan bisa dilakukan proses penarikan batang namun hanya jenis tertentu saja,� imbuh Bambang. Jenis yang paling mudah untuk di tekuk biasanya dari jenis cemara seperti cemara duri yang masih lentur meski sudah berusia puluhan tahun.
Sebab untuk jenis ini punya kambium yang bisa diputar melingkar tanpa merusak peredaran nutrisi didalamnya. Selain itu jenis kawista juga punya struktur batang dan cabang yang lebih lentur. Namun untuk jenis lainnya jangan coba-coba untuk melakukannya sebab bila cabang patah maka pertumbuhan keatas seluruhnya akan mati antara lain untuk jenis sentigi.
Untuk pembentukan pada gaya cascade disitu top mahkota (kepala) tidak boleh lebih dari bibir pot untuk setengah menggantung. Namun untuk menggantung penuh maka kepala harus lebih dari bibir pot. Proses pengolahan yang harus disesuaikan untuk gaya ini adalah membuat cabang dan ranting untuk menyesuaikan dengan karakter batang yang menurun.
Gaya Tegak Lebih Aman
Gaya lain yang juga banyak diambil adalah bentuk yang lurus naik/tegak (bunjin). Gaya ini paling banyak diambil sebab akan menyesuaikan dnegan pertumbuhan tanaman yang mencari sinar matahari. Selain itu kreasi tekuk batang lewat proses pengkawatan (wiring) juga lebih sedikit.
Untuk gaya bunjin ini memang punya bentuk yang cukup ramah dimata atau familiar. Sebab gerakan yang keluar hampir sama dengan bentuk kecil dari pohon beringin dan tentunya makin mudah di mengerti tentu pasar yang diambil akan jauh lebih banyak
Dari gaya keatas ini yang harus diperhatikan adalah arah percabangan dari ranting dimana penentuan kepala harus tepat. Sebab semakin keatas jarak antar cabang semakin rapat sehingga harus ada konsep arah yang tepat terutama untuk bagian ranting. “Salah pada proses ranting bisa membuat bentuk kepala bonsai tidak tepat,� imbuh Bambang.
Pembentukan bonsai dengan gaya tegak lurus harus diawali dengan menentukan cabang yang akan digunakan sebagai kepala. Disitu batang yang berada diatasnya harus dipotong. Untuk pemotongan sebaiknya mengarah ke samping atau belakang agar bekas potongan tidak terlihat dari depan.
Gaya Miring Tampak Natural
Gaya lain yang juga banyak disukai adalah gaya miring. Untuk gerakan ini memang cukup digemari karena akan mengesankan tanaman ini tumbuh alami seperti halnya pohon yang hidup di lereng atau lahan yang miring.
Untuk menggarap teknik miring syaratnya bonsai harus mempunyai pangkal batang yang lebih besar dari pada pucuk batang. Ini diambil untuk memberikan kesan kuat untuk menahan posisi pohon. Bila pohon miring ke kanan berarti akar harus menjalar lebih kuat kearah kiri. Begitu juga sebaliknya untuk keseimbangan antar akar dan batang.
Untuk arah pertumbuhan cabang sendiri masih sama seperti halnya gaya bunjin namun untuk cabang dan ranting bonsai yang miring ke kanan harus lebih besar dibandingkan dengan bagian yang kiri. Begitu juga sebaliknya untuk mempertegas kesan miring pada batang dan keseimbangan pohon dengan akarnya.
Pembentukan untuk gaya miring sendiri bisa dibuat dengan pengkawatan pada batang dan ditarik untuk merubah arah tumbuh kesamping. Dari proses ini maka secara perlahan batang akan tumbuh miring dengan sendirinya. Untuk cabang yang tidak diinginkan sebaiknya dibuang. Arah percabangan lebih baik bila di sejajarkan dengan permukaan tanah.
“Pada gaya miring ini juga bisa dikombinasikan dengan gaya tertiup angin dimana cabang dan ranting juga mengikuti arah batang untuk mengesankan tanaman sedang tertiup angin,� pungkas Bambang. [wo2k]
Kualitas bonsai secara keseluruhan memang dilihat dari empat unsur yaitu gerak dasar, keserasian, kematangan dan terakhir adalah penjiwaan. Dari keempat unsur ini gerak dasar akan menempati posisi pertama sebagai dasar dari pembentukan bonsai. Sebab garak dasar bisa diibaratkan sebagai karater asli dari satu tanaman.
Meski gerak dasar merupakan kombinasi antara akar batang cabang, dan daun tapi juga ikut menilai dari model dan gaya bonsai yang terbentuk. Disitu akan banyak sekali kreasi yang muncul apalagi bila didukung dengan bakalan yang berkualitas tinggi. Sebab bagaimana pun arah gerakan bonsai akan mengikuti dari bakalan. Langkah ini diambil untuk menghindari adanya gerakan yang saling bertolak belakang dimana akhirnya akan mengurangi komposisi keindahan bonsai.
Ditingkat seniman bonsai memang tidak ada pakem pasti tentang gaya bonsai termasuk arah gerakan yang di inginkan. Sebab sebagai produk seni tentu akan menyesuaikan dengan aspirasi sang empu yang tentu berbeda satu dengan lainnya. Pengaruh terbesar selain dari psikologis masing masing penghobi juga dari jenis tanaman yang dimiliki.
Namun secara umum ada beberapa model dan gaya bonsai yang menjadi dasar pergerakan. Meski sebagai dasar namun kreasi selanjutnya tentu tidak akan sama satu dengan lainnya. Sebab dari setiap bakalan membawa satu kreasi tersendiri. “Saat mencari bakalan, disana pebonsai harus sudah menentukan konsep apa dan gerakan mana yang akan dipilih,� aku Bambang Hermawan pebonsai asal Sidoarjo ini.
Memang diakui bahwa bakalan yang didapat seluruhnya berasal dari alam sehingga pebonsai sangat sulit untuk mencari bentuk yang di inginkan. Dari sulitnya mendapatkan bakalan yang sesuai dengan keinginan maka dituntut satu kepekaan untuk menentukan arah gerakan dari bakalan yang dimiliki.
Resiko Gaya Mengantung
Sebagai contoh untuk gaya turun/menggantung (cascade) sangat sulit di cari di alam sebab secara alami tanaman akan mengejar matahari dengan tumbuh keatas bukan menggantung. Darisitu untuk model gerakan menggantung harus mendapatkan bakalan yang sesuai dan itu biasanya berada di daerah tebing.
Kesultiannya adalah saat menginginkan gaya cascade namun tidak ada bakalan yang di miliki. Tentu solusinya adalah dengan melakukan kreasi dari bentuk asli menjadi bonsai yang bergaya menggantung. “Beberapa jenis bakalan bisa dilakukan proses penarikan batang namun hanya jenis tertentu saja,� imbuh Bambang. Jenis yang paling mudah untuk di tekuk biasanya dari jenis cemara seperti cemara duri yang masih lentur meski sudah berusia puluhan tahun.
Sebab untuk jenis ini punya kambium yang bisa diputar melingkar tanpa merusak peredaran nutrisi didalamnya. Selain itu jenis kawista juga punya struktur batang dan cabang yang lebih lentur. Namun untuk jenis lainnya jangan coba-coba untuk melakukannya sebab bila cabang patah maka pertumbuhan keatas seluruhnya akan mati antara lain untuk jenis sentigi.
Untuk pembentukan pada gaya cascade disitu top mahkota (kepala) tidak boleh lebih dari bibir pot untuk setengah menggantung. Namun untuk menggantung penuh maka kepala harus lebih dari bibir pot. Proses pengolahan yang harus disesuaikan untuk gaya ini adalah membuat cabang dan ranting untuk menyesuaikan dengan karakter batang yang menurun.
Gaya Tegak Lebih Aman
Gaya lain yang juga banyak diambil adalah bentuk yang lurus naik/tegak (bunjin). Gaya ini paling banyak diambil sebab akan menyesuaikan dnegan pertumbuhan tanaman yang mencari sinar matahari. Selain itu kreasi tekuk batang lewat proses pengkawatan (wiring) juga lebih sedikit.
Untuk gaya bunjin ini memang punya bentuk yang cukup ramah dimata atau familiar. Sebab gerakan yang keluar hampir sama dengan bentuk kecil dari pohon beringin dan tentunya makin mudah di mengerti tentu pasar yang diambil akan jauh lebih banyak
Dari gaya keatas ini yang harus diperhatikan adalah arah percabangan dari ranting dimana penentuan kepala harus tepat. Sebab semakin keatas jarak antar cabang semakin rapat sehingga harus ada konsep arah yang tepat terutama untuk bagian ranting. “Salah pada proses ranting bisa membuat bentuk kepala bonsai tidak tepat,� imbuh Bambang.
Pembentukan bonsai dengan gaya tegak lurus harus diawali dengan menentukan cabang yang akan digunakan sebagai kepala. Disitu batang yang berada diatasnya harus dipotong. Untuk pemotongan sebaiknya mengarah ke samping atau belakang agar bekas potongan tidak terlihat dari depan.
Gaya Miring Tampak Natural
Gaya lain yang juga banyak disukai adalah gaya miring. Untuk gerakan ini memang cukup digemari karena akan mengesankan tanaman ini tumbuh alami seperti halnya pohon yang hidup di lereng atau lahan yang miring.
Untuk menggarap teknik miring syaratnya bonsai harus mempunyai pangkal batang yang lebih besar dari pada pucuk batang. Ini diambil untuk memberikan kesan kuat untuk menahan posisi pohon. Bila pohon miring ke kanan berarti akar harus menjalar lebih kuat kearah kiri. Begitu juga sebaliknya untuk keseimbangan antar akar dan batang.
Untuk arah pertumbuhan cabang sendiri masih sama seperti halnya gaya bunjin namun untuk cabang dan ranting bonsai yang miring ke kanan harus lebih besar dibandingkan dengan bagian yang kiri. Begitu juga sebaliknya untuk mempertegas kesan miring pada batang dan keseimbangan pohon dengan akarnya.
Pembentukan untuk gaya miring sendiri bisa dibuat dengan pengkawatan pada batang dan ditarik untuk merubah arah tumbuh kesamping. Dari proses ini maka secara perlahan batang akan tumbuh miring dengan sendirinya. Untuk cabang yang tidak diinginkan sebaiknya dibuang. Arah percabangan lebih baik bila di sejajarkan dengan permukaan tanah.
“Pada gaya miring ini juga bisa dikombinasikan dengan gaya tertiup angin dimana cabang dan ranting juga mengikuti arah batang untuk mengesankan tanaman sedang tertiup angin,� pungkas Bambang. [wo2k]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar